Oct
20
Summary: Structural Family Theory
October 20, 2014 | 4 Comments
Teori Keluarga Struktural dicetuskan oleh Minuchin pada tahun 1960-an. Teori ini berfokus pada konteks dalam keluarga daripada pada masalah dan solusi individual. Sebagaimana teori-teori struktural dalam konteks keilmuan yang lain, teori ini menggunakan metafora-metafora spasial dan organisasional, serta melibatkan arahan aktif sang terapis.
Tesis besar Teori Keluarga Struktural kira-kira sebagai berikut:
- Sebagaimana organisme, sebuah keluarga memerlukan bentuk penataan internal yang mengatur bagaimana setiap anggotanya saling berelasi, yang disebut struktur keluarga.
- Keluarga fungsional adalah keluarga yang strukturnya cukup fleksibel dan resilien untuk menghadapi transisi-transisi keluarga.
- Simptom-simtom individual berakar pada pola transaksional dalam keluarga, sehingga perubahan tatanan atau struktur keluarga perlu terjadi supaya simtom tersebut hilang.
- Terapis harus berperan sebagai pemimpin yang aktif, direktif, dan kreatif sehingga mampu melakukan perubahan struktur atau konteks seputar sistem tersebut.
- Teori Keluarga struktural memiliki konsep idealnya sendiri tentang bagaimana seharusnya penataan hierarki keluarga (generic rules), dengan tetap memberikan kebebasan bagi perbedaan individual (idiosyncratic rules).
Beberapa Konsep Penting
Subsistem Keluarga
- Penataan struktur keluarga membentuk beberapa subsistem dalam keluarga, yang sangat dipengaruhi gender, status generasional (ortu-anak), minat bersama (intelektual/sosial), atau fungsi (siapa yang bertanggung jawab untuk apa). Subsistem dipengaruhi oleh batasan-batasan (boundaries) interpersonal yang menentukan siapa yang berpartisipasi, apa peran mereka, dan bagaimana subsistem tersebut memperlakukan Tiga subsistem yang umum misalnya spousal, parental, dan sibling subsystems.
- Implikasi langsung dari pembentukan subsitem adalah terbentuknya batasan-batasan (boundaries). Seperti layaknya semua batasan, ia juga memiliki permeability, yaitu keluwesan sifat dan frekuensi kontak antar anggota keluarga. Tingkat permeability keluarga ini bisa digambarkan dalam sebuah continuum, yaitu antara enmeshment (diffuse boundaries) dan disengagement (rigid boundaries).
- Batasan yang jelas (clearly defined boundaries) menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa mengurangi rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan sistem keluarga.
- Batasan yang terlalu kaku (rigid, inflexible boundaries) membuat anggota dalam subsistem-subsistem keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi mungkin tetap ada, namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu sama lain.
- Batasan yang terlalu buram (diffuse boundaries) membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh campur tangan anggota keluarga lainnya. Perkembangan kemandirian menjadi terhambat.
Alignments, Power, Coalitions
- Alignments dibangun ketika anggota-anggota keluarga bergabung untuk melawan yang lainnya ketika beraktivitas.
- Power berkaitan dengan otoritas dan tanggung jawab. Ini adalah soal pengaruh relatif masing-masing anggota keluarga terhadap hasil aktivitas keluarga sesuai konteksnya.
- Koalisi adalah persekutuan antara anggota keluarga tertentu terhadap anggota keluarga ketiga. Ada koalisi yang stabil dan tidak mengganggu. Namun ada juga koalisi yang menghancurkan, yaitu ketika sepasang anggota keluarga menjadikan anggota keluarga ketiga sebagai kambing hitam, untuk menjaga relasi mereka sendiri.
Keluarga yang sukses memenuhi syarat berikut:
- Generational boundaries harus jelas, sehingga orangtua bersama-sama membentuk sebuah subsistem dengan power
- Alignments harus dibentuk orangtua dalam menghadapi isu-isu pokok, misalnya disiplin.
- Keluarga perlu memiliki aturan mengenai power dan otoritas, yang mengatur orangtua mana yang akan dimenangkan ketika mereka sama-sama tidak setuju dan apakah orangtua mampu mewujudkan harapannya ketika mereka sama-sama setuju.
Keluarga yang disfungsional biasanya memiliki ciri berikut:
- Batasan antar subsistemnya buram (enmeshed families)
- Batasan antar subsistemnya terlalu kaku (disengaged families)
- Fungsi anggota laki-lakinya peripheral (tidak terlibat)
- Orangtua tidak terlibat
- Orangtua masih remaja
- Perasaan kelebihan beban dan ketidakberdayaan mewarnai kehidupan keluarga
Konsep Penting Terapi Struktural Keluarga
- Prinsip-prinsip Terapeutik
- Sasaran terapi adalah memampukan keluarga merestrukturisasi dirinya sehingga masing-masing anggotanya bebas berelasi dengan satu sama lain secara sehat.
- Restrukturisasi keluarga berarti mengubah aturan-aturan hubungan satu sama lain, sehingga akhirnya mengubah batasan-batasan subsistem yang terlalu kaku atau buram menjadi lebih jelas.
- Aksi adalah akibat dari pengertian. Keluarga ditolong untuk melihat melampaui stereotipenya dan meredefinisikan relasi mereka.
- Urutan Terapi
- Berbaur dan Mengakomodasi. Terapis berbaur bersama keluarga dan meniru gaya, jarak emosional, dan pola komunikasi keluarga untuk memperkuat hubungan terpeutik.
- Memeriksa Interaksi Keluarga. Terapis mengamati seberapa fleksibel daya adaptasi keluarga terhadap perubahan dan seberapa mudah anggota-anggota keluarga bergabung untuk menyelesaikan konflik. Terapis membuat road map keluarga untuk menolong keluarga meninggalkan pola-pola interaksi yang tidak berhasil dan membangun pola yang lebih sesuai dengan konteks perkembangan keluarga saat itu.
Terapis juga mempelajari koalisi, afiliasi, dan sifat konflik keluarga, serta bagaimana keluarga menyelesaikan konflik. Di sini turut bermain struktur organisasi keluarga, batasan, dan alur perilaku. Terapis bisa membuat family mapping untuk membantunya menggambarkan pola interaksi yang kompleks. - Memonitor pola disfungsi keluarga. Seiring dengan terbangunnya pengertian, terapis tetap memonitor pola interaksi yang baru bertunas, yang masih rawan kembali pada pola lama.
- Terapis membangun batasan-batasan dalam subsistem keluarga menjadi lebih jelas, tidak terlalu kaku atau buram.
- Terapis melakukan teknik mengubah keseimbangan hierarkis, sehingga anggota keluarga yang awalnya termarjinalkan atau terlalu dominan dapat lebih seimbang.
- Terapis menggunakan simbol-simbol yang ditemukannya dari komunikasi keluarga untuk membantunya menyampaikan maksudnya.
- Terapis mengadakan simulasi konflik kepada keluarga untuk melihat dan memodifikasi pola interaksi keluarga dan membangun perubahan struktural.
- Merestrukturisasi pola transaksional. Terapis membantu keluarga melakukan reframing, yaitu mengubah makna asal dari suatu peristiwa atau situasi, meletakkannya dalam konteks yang baru sehingga tercapai makna yang lebih menguatkan resiliensi keluarga.
Referensi
Goldenberg, H., & Goldenberg, I. (2008). Family Therapy: An Overview, Seventh Edition. Belmont: Thomson Brooks/Cole.